Bukit Sikunir Dieng, Menanti Munculnya Sang Surya



Bukit Sikunir Dieng, Menanti Munculnya Sang Surya
The image is Pixabay property

Dengan mobil pick up, pukul 4 pagi kami dijemput dari tempat penginapan kami. untuk menuju ke Desa Sembungan. Desa Sembungan adalah desa tertinggi di Pulau Jawa. Tempat dimana biasanya menjadi titik awal pendakian yang digunakan wisatawan untuk mendaki ke puncak Sikunir. Untuk mendapatkan mobil pick up tidak terlalu sulit di sini. Harga sewa untuk mengantar kami dari penginapan ke meeting point lalu kembali lagi sekitar Rp 200.000.

Kalian bisa tawar-menawar dengan yang punya kendaraan. Harga sewa juga tergantung dari banyaknya penumpang. Karena kami hanya berempat, masing-masing dari kami hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 50.000.

Dingin hingga menusuk tulang pagi itu dalam perjalanan menuju meeting point. Waktu itu kami pergi ke sana pada bulan Agustus. Banyak yang bilang bulan ini Dieng memang lagi dingin sekali. Setelah 1,5 jam kami sampai ke Desa Sembungan. Pak supir dan mobilnya menunggu kami di tempat parkir. Lalu kami melanjutkan pendakian kami ke bukit Sikunir. Sekitar kurang lebih 1,5 jam kami mendaki dan akhirnya sampai. Dengan medan pasir dan banyak pengunjung yang mendaki membuat jalanan berdebu. Masker salah satu hal yang paling dibutuhkan ketika mendaki bukit Sikunir.

Beberapa medan pendakian sudah dibuat anak tangga. Sehingga pengunjung tidak sulit mendaki. Tanjakan curam dan oksigen yang menipis membuat kami mudah lelah. Namun, rasa lelah mendaki hilang setelah melihat betapa indahnya pemandangan dari bukit ini. Untung kami tidak keduluan oleh matahari. Sehingga kami masih dapat melihat terbitnya matahari di bukit ini. Pemandangan di bukit ini hampir sama dengan apa yang kami lihat sewaktu di puncak Gunung Prau, Dieng.

Setelah kami puas berpoto-poto dan menikmati pemandangan di atas puncak bukit Sikunir, selanjutnya kami bergegas turun kembali ke tempat ­meeting pont. Karena kami harus melanjutkan perjalanan kami ke tujuan wisata Dieng selanjutnya. Perjalanan turun terasa lebih sulit. Dengan medan pasir dan tingkat kemiringan yang curam, kalian harus berhati-hati. Banyak wisatawan yang terpeleset karena licin. Dalam perjalanan turun. Kami berhenti sebentar untuk membeli baby potato yang dijual oleh sepasang suami istri. Karena kami juga belum sarapan, lumayan makan baby potato seharga Rp 10.000 untuk mengganjal perut.

Dari tempat meeting point ini kalian dapat melihat Telaga Cebong dengan jelas. Kenapa disebut dengan Telaga Cebong? Mungkin karena bentuknya mirip dengan kecebong atau anak katak kalau dilihat dari keseluruhan. Mungkin juga karena di sekitar telaga banyak ditemukan anak-anak katak.

Di telaga ini juga kalian bisa bermalam dengan melakukan camping untuk menunggu waktu pendakian ke bukit Sikunir. Di sekitar lokasi camping banyak warung yang menjual makanan dan minuman hangat. Jadi kalian tidak usah repot untuk mencari makanan atau kalian bisa membawa bahan makanan sendiri dan memasak.

Begitu pengalaman saya mendaki bukit Sikunir, bukit tertinggi di Pulau Jawa. Kalau kalian ke Dieng, jangan lupa untuk coba menjelajahi bukit Sikunir. Mata kalian akan dimanjakan oleh keindahan warna kuning matahari terbit dari puncak Sikunir seperti kunir.

Selain Bukit Sikunir sebenarnya ada banyak sekali destinasi wisata bagus yang wajib kalian kunjungi di Dieng. Kalau ke sini kalian harus mempersiapkan fisik dan mental yang kuat. Karena Dieng letaknya berada di dataran tinggi dan perbukitan, serta jarang ditemukan akses angkutan umum menuju lokasi wisata, kalian harus banyak berjalan dan melakukan pendakian untuk mencapai ke destinasi-destinasi wisata bagus yang ada di Dieng.

Berwisata ke Dieng ini tidak terlalu mahal. Harga makanannya juga berkisar di harga Rp 10.000 – Rp 15.000. Kalau kalian ke Dieng, jangan lupa coba mie ongklok yang terkenal khas daerah Dieng dan juga Carica sebagai oleh-oleh.

Kalian juga dapat menemukan penginapan seharga Rp 50.000 per malam di sini jika tidak ada event tahunan di Dieng. Seperti Dieng Cultural Festival, tahun baru, dll. Pada saat event berlangsung harga penginapan bisa 3 kali lipat lebih mahal dari sebelumnya. Kami menginap di rumah warga. Rumahnya bagus dan temboknya pun dilengkapi bahan anti dingin. Menginap di rumah warga ini harganya lebih murah daripada menginap di penginapan. Range harga menginap di rumah warga pada saat tidak ada event berkisar antara Rp 50.000 – Rp 150.000. Kalau di penginapan harganya sekitar Rp 250.000 – Rp 500.000.


Penulis: Putri Budi
Lihat artikel menarik lainnya dalam https://www.wisatawan.id


No comments:

Post a Comment