Perlukah Kita "Mencurangi" Psikotes?



Perlukah Kita "Mencurangi" Psikotes?
The image is Pixabay property

Sudah menjadi hal yang umum jika kita mendengar dari orang-orang bahwa psikotes itu sulit. Pemikiran ini adalah pemikiran yang cukup populer, terutama dikalangan para pelamar kerja. Dari pemikiran-pemikiran seperti inilah muncul orang-orang yang menulis tema tentang tips-tips lolos psikotes dengan mudah. Tulisan-tulisan tersebut dibuat dengan judul-judul yang menarik, seperti "15 menit paham psikotes" atau "Baca ini! tips psikotes 100% pasti lulus." Judul-judul seperti ini banyak tersebar dimana-mana, di internet, bahkan di toko-toko buku besar.

Tapi benarkah tips-tips tersebut efektif? Sayangnya setelah penulis jalan-jalan dan melihat tulisan-tulisan tentang tips tersebut, sebagai seseorang yang ikut bergerak dalam dibidang psikologi bisa mengatakan bahwa kebanyakan tips-tips yang dibuat cenderung menyesatkan. Misalnya, tes yang seharusnya untuk melihat kepribadian disebut tes kreatifitas, atau tes yang seharusnya untuk ketahanan disebut sebagai tes kemampuan.

Lalu tips-tips yang diberikan pun cenderung tidak ada hubungannya dengan kesuksesan psikotes, seperti "ini contoh saya pada saat menggambar di psikotes", atau "latihan menggambar dan usahakan menggambar pohon dengan detail". Tips-tips semacam ini adalah tips yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan psikotes, bahkan gambar yang dibuat sebagai contoh jika diinterpretasi oleh psikolog hasilnya tidak sesuai dengan yang seharusnya.

Tips-tips seperti inilah yang penulis jamin tidak akan mempengaruhi kelulusan pembaca di psikotes, karena hasil psikotesnya akan menjadi aneh dan satu sama lain tidak akan menunjukan keterkaitan. Hasil psikotes yang dikerjakan dengan cara aneh-aneh malah akan membuat hasil psikotes anda berantakan, seakan-akan psikotes anda dikerjakan oleh banyak orang yang tidak ada hubungannya dengan anda.

Tapi walapun demikian, dari sekian banyak tips-tips tentang psikotes ada juga tips-tips yang dibuat mendekati aslinya, dan cenderung tepat, bahkan mereka melampirkan soal-soal yang mirip dengan psikotes dan dicetak dalam buku-buku yang dijual murah. Orang-orang seperti inilah yang sebenarnya membuat penulis kecewa, padahal jika mereka bisa melampirkan soal-soal psikotes seperti itu, sudah pasti mereka para psikolog yang ilmunya jauh lebih tinggi dari penulis. Karena hanya psikolog-psikolog tertentu lah yang memiliki akses pada soal-soal psikotes.

Para psikolog itu seperti halnya pesulap, jika pesulap sudah ketahuan triknya maka dia tidak akan laku lagi. Begitu juga psikolog, alat tes yang digunakan oleh psikolog adalah "trik" mereka untuk mengumpulkan data dan memahami kepribadian serta memprediksi seseorang. Jika alat tes tersebut disebarluaskan dan diketahui banyak orang, sehingga hasil tesnya tidak valid, psikolog pasti tidak akan laku lagi dan tidak akan dipercaya lagi untuk menangani tes masuk pegawai contohnya.

Nah, sekarang kita kembali pada topik "Perlukah kita untuk mencurangi psikotes?" jawabannya tentu tidak, bahkan ketika hasil psikotes tersebut adalah untuk menentukan apakah anda akan diterima dalam suatu pekerjaan atau tidak. Disinilah pentingnya memahami maksud dari psikotes, maksud dari kenapa dilakukan psikotes.

Psikotes tidak semata-mata dibuat untuk penerimaan kerja saja. Psikotes itu tidak seperti ujian nasional, yang jika nilainya kecil maka dia tidak akan lolos, bukan seperti itu. Psikotes dibuat untuk melihat kecocokan seseorang dalam suatu bidang tertentu, sebagai misal kecocokan dia jika dia ingin melamar sebagai administrasi, atau jika dia ingin melamar marketing, atau bahkan ketika dia ingin melamar sebagai pimpinan cabang suatu perusahaan.

Nilai yang dibutuhkan untuk setiap bidang pun berbeda-beda, tidak semuanya sama. Sebagai misal, mungkin yang dibutuhkan untuk pelamar administrasi adalah kemampuan menghitung, dan mungkin yang dibutuhkan oleh para pelamar marketing adalah ketahanan, atau dibutuhkan keduanya jika dia ingin melamar sebagai pimpinan cabang. Bahkan terkadang para psikolog juga memasukan penilaian yang tidak berhubungan dengan kemampuan, yaitu sikap dan kepribadian. Bahkan penilaian terhadap sikap dan kepribadian itu terkadang adalah poin yang sangat penting.

Ketika psikotes dibuat untuk kecocokan anda dengan pekerjaan yang anda lamar, bagi penulis adalah pilihan yang sangat tidak tepat jika anda mencurangi psikotes tersebut. Kenapa? penulis akan mengutip kata-kata dari tokoh psikologi humanistik terkenal yaitu Abraham Maslow, dia mengatakan:

"Seorang musisi harus membuat musik, dan seorang pelukis harus membuat lukisan, dan seorang penyair harus menulis puisi, hanya ketika demikianlah seseorang bisa merasa damai dengan dirinya".

Tentu agar anda merasa nyaman dengan diri anda sendiri, anda harus memilih bidang yang cocok dengan diri anda. anda merasakan bahwa pekerjaan inilah yang cocok bagi saya, dan saya ada untuk hal ini.

Hal lain yang menjadi alasan kenapa tidak disarankan untuk curang dalam psikotes adalah, hasil anda di tes yang satu akan berbeda dengan hasil di tes yang lain. Misal IQ anda adalah 200 di tes yang satu tapi ternyata di tes yang lain hanya 110, hal ini sudah pasti gagal. Atau, kepribadian anda di tes yang satu adalah seperti apa, seperti di tes yang lain berbeda. Hal ini akan menghambat anda untuk diterima kerja.

Bahkan, ketika anda berhasil lolos pun, anda bisa saja terjegal di interview karena ketidaksesuaian hasil interview dengan profil hasil psikotes anda. Bahkan ketika anda lolos dari interview masalahnya masih bisa muncul lagi, yaitu anda sendiri yang mengundurkan diri dari pekerjaan anda sekarang, kenapa? karena kembali lagi seperti kata Abraham Maslow, anda akan merasa menderita dan tidak cocok dengan pekerjaan anda saat ini. Sehingga akhirnya kesimpulan dari artikel ini adalah jangan mencurangi psikotes.

Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi anda.


Lihat artikel menarik lainnya dalam http://gerbangpsikologi.blogspot.co.id


No comments:

Post a Comment