Cara Mengatur Keuangan Dengan Kecerdasan Finansial



Cara Mengatur Keuangan Dengan Kecerdasan Finansial
The image is Pixabay property

Saat ini beberapa orang di sekitar saya belum menyadari pentingnya perencanaan keuangan atau Financial Planning. Saya dulu kuliah di Fakultas Ekonomi dan Jurusan IPS ketika SMU, sedikit banyak belajar tentang pentingnya mengatur keuangan dan juga investasi. Setelah lulus dan menjadi guru, passion saya tentang financial planning tidak berubah. 

Saya ingin memasukan materi-materi tentang perencanaan keuangan dalam pembelajaran yang saya berikan ke anak didik saya, termasuk mimpi saya adalah memperdalam ilmu tentang financial planning sehingga saya bisa sharing ke rekan-rekan guru dan juga orang  tua murid siswa saya. Namun keinginan itu harus saya pending dan akhirnya lebih banyak belajar via google dan juga kelas-kelas seminar atau workshop. Beruntunglah saya tergabung di komunitas Akademi Berbagi Bekasi, sehingga kami bisa menyelenggarakan beberapa kelas tentang financial planning dan investasi. Yang pertama adalah kelas tentang Basic Investment bersama Pak Endy Kurniawan dan kedua adalah tentang Financial Planning bersama Mba Diana Sandjaja.

Menurut Mba Diana, makna financial planning adalah Langkah-langkah yang digunakan oleh individu, secara terencana dan teratur yang bertujuan untuk mencapai tujuan keuangan. Tujuan hidup ini dapat termasuk membeli rumah, untuk pendidikan atau untuk perencanaan dana pensiun. Sayangnya, masyarakat awam saat ini menilai bahwa perencanaan keuangan hanya diperuntukkan bagi kalangan “ber-uang” lebih atau orang-orang kaya raya. Padahal, kita yang “ber-uang” pas-pasan justru paling membutuhkan perencanaan keuangan yang baik. 

Dalam bukunya “Passion, Profit and Power” Marshal Sylver menyebutkan bahwa hanya 1% orang di dunia namun menguasai 50% uang di dunia, 4% menguasai 40% uang di dunia dan sisanya 95% orang memperebutkan uang 1% di dunia. Oleh karena itu 95% penduduk mengalami masalah kekurangan uang. Untuk menghindari masalah-masalah keuangan yang mungkin terjadi, maka dibutuhkan perencanaan keuangan yang baik. Selain kelas di Akademi Berbagi Bekasi, saya juga membaca buku karangannya yang di tulis bersama Pandji Harsanto, yang menurut saya sangat simple tapi mengena, berjudul “Make Your Own Plan! Perencanaan Keuangan, Nggak Pake Ribet!.

Ada 6 tahapan dalam perencanaan keuangan, yaitu:

1. Menyusun tujuan keuangan

Sebelum menyusun rencana keuangan kita terlebih dulu menyusun tujuan keuangan. Kita harus tahu pasti apa yang menjadi mimpi dan keinginan kita. Oya tujuan keuangan yang ingin dicapai melalui pengelolaan & perencanaan keuangan harus jelas (Spesifik) dalam hal jumlah uang dan waktu pencapaian. Selain itu tujuan harus Measurable atau terukur, Achievable atau bisa di capai, Realistic atau realistis. Terakhir pasang time limit (Time Related) agar jelas target dan lama waktu kita untuk mencapai tujuan kita tersebut. Jika disingkat menjadi SMART.

2. Self assessment

Setelah kita tahu tujuan keuangan kita, kita juga harus tahu seberapa besar kemampuan diri kita. Hal ini bisa di lakukan dengan menghitung neraca dan arus kas keuangan kita untuk menganalilsis situasi keuangan kita serta melakukan self financial check-up. Neraca memuat daftar hutang dan aset kita, sedangkan Arus kas mendata dan meringkas transaksi-transaksi pendapatan & pengeluaran yang terjadi dalam periode waktu tertentu (misal per bulan). Banyak orang tidak menyadari bahwa pengeluaran kecil akan menjadi besar jika dijumlahkan. 

3. Mengelola resiko 

Seperti resiko sakit atau meninggal, karena resiko selalu ada maka dibutuhkan pengelolaan resiko yang baik, misal dengan mengalihkannya kapada asuransi.

4. Faktor Inflasi

Mengukur perbedaan kondisi dan menghitung strategi mencapai tujuan keuangan. Nilai uang saat ini dan masa yang akan datang akan berbeda karena ada faktor inflasi, sehingga kita harus jeli memilih instrumen investasi.

5. Implementasi

Jika tahap 1-4 sudah ada, maka segera lakukan implementasinya dalam kehidupan. Kuncinya adalah disiplin.

6. Review dan monitoring

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kita sudah berjalan mendekati tujuan keuangan kita.

Waktu itu juga kita dibantu Mba Diana melakukan financial check-up. Apasih itu financial check-up? Financial check-up adalah mengecek kesehatan keuangan. Apakah kita sudah siap berinvestasi atau malah banyak pengeluaran yang kita keluarkan sia-sia karena hanya menuruti keinginan konsumtif. Tipe konsumtif ini yang harus diwaspadai. Sebenarnya kuncinya simple, yaitu #Insyaf!, insyaf untuk tidak selalu menuruti hal-hal yang berbau konsumtif. 

Kita harus bisa membedakan Kebutuhan VS Keinginan. Kebutuhan adalah hal yang dibutuhkan paling mendasar pada manusia untuk melangsungkan hidup serta dorongan kepemilikannya bersifat fungsional sedangkan keinginan adalah sesuatu yang diinginkan, jika tidak terpenuhi masih dapat melangsungkan hidup biasanya muncul karena adanya dorongan-dorongan yang sifatnya emosional, biasanya menyangkut gaya hidup danstatus sosial. Jadi pastikan dulu ketika membeli sesuatu hal tersebut masuk kategori kebutuhan atau keinginan kita?

Bisa dilihat diatas bahwa manusia hanya mempunyai 3 fase hidup dan masing-masing hanya berlangsung satu kali, maka jika kita tidak mulai insyaf dan irit sejak dini, maka di fase hidup berikutnya kita tidak bisa hidup dengan standar sama seperti ketika kita masih hidup produktif. Apalagi kita tahu bahwa biaya hidup terus mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya inflasi. 

Sayangnya banyak masyarakat Indonesia yang mempunyai kemampuan financial literacy atau melek finansial, yaitu kemampuan untuk mengerti bagaimana uang bekerja di dunia ini. Bagaimana seseorang mengelola uang untuk mendapatkannya atau menghasilkannya atau melipatgandakannya. Menurut Ototitas Jasa Keuangan atau OJK bahwa “Tingkat literasi atau akses keuangan Indonesia cuma 20%, di bawah Filipina 27%, Malaysia sekitar 66%, Thailand di angka 73%, dan masih sangat jauh bila dibandingkan dengan Singapura yang tingkat melek keuangannya mencapai 98%”. 

Atas dasar itulah, saya berusaha semaksimal mungkin memberikan pengetahun tentang perencanaan keuangan dan investasi minimal kepada siswa saya dan semoga mereka pun bisa memberikan pencerahan terkait hal tersebut kepada keluarganya.

Saya memberikan beberapa saran terkait dengan kecerdasan finansial meskipun mereka belum mempunyai penghasilan secara aktif. Beberapa hal tersebut adalah :

1. Fokus pada fungsi ketika menggunakan harta. 

Saya berpesan agar mereka sudah bisa membedakan kebutuhan dan keinginan sedini mungkin, sehingga nanti terbiasa disiplin hanya menggunakan uang sesuai dengan kebutuhannya dan fokus pada fungsi harta yang dimiliki. Harus bisa menempatkan sesuatu sesuai dengan fungsinya. Selalu ingat juga pepatah jangan lebih besar pasak dari pada tiang. Hati-hati dengan kegiatan belanja, karena bagi kebanyakan orang lebih mudah membelanjakan uang daripada menyisihkannya.

2. Perkecil pengeluaran dan perbesar pemasukan. 

Saya selalu menekankan bahwa sejak dini mereka sudah harus insyaf dari keinginan-keinginan konsumtif dan hemat juga bukan berarti kikir. Untuk memperbesar pemasukan, sejak dini saya mengenalkan mereka pada kegiatan wirausaha. Selain untuk menanamkan jiwa kewirausahaan sejak dini, kegiatan kewirausahaan ini bertujuan untuk membantu biaya pendidikan mereka terutama transport dan kebutuhan sekolah sehari-hari. Saat ini banyak siswa saya yang sudah memiliki penghasilan meskipun belum sepenuhnya mandiri. Saya membentuk komunitas Siswa Wirausaha. 

Saya pun mencoba untuk mengajari mereka kreatif ketika terbentur masalah finansial. Contohnya saat ini beberapa diantara siswa kelas 3 kami mengalami kesulitan biaya Ujian Nasional, maka saya mengajak mereka untuk membuat suatu event Seminar Wirausaha bertema “Rahasia Sukses Menghadapi MEA 2015” dengan pembicara antara lain Pak Budi G Sadikin (CEO Bank Mandiri), Natali Adrianto (Co-Founder Tiket.com), Laksita Utama Suhud (CEO Balai Kartini), Tuhu Nugraha (Digital Marketing Expert) dan Ibrahim (Direktur Tuneeca). Event tersebut mengajarkan siswa untuk mencari sponsor dan menjual tiket serta mengatur sebuah acara.

3. Memiliki pengetahuan tentang perencanaan keuangan

Diharapkan ketika nanti sudah memiliki penghasilan bisa mencapai keberhasilan finansial syukur-syukur bisa mencapai taraf kebebasan finansial, yaitu kondisi dimana seseorang tidak lagi merasa dikejar-kejar untuk mengumpulkan uang. Saat ini mereka harus belajar apa tujuan finansial mereka apakah membelikan rumah untuk orang tua, kuliah, mempunyai kendaraan dll untuk kemudian memikirkan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. 

Saya tekankan kepada mereka, kecerdasan finansial bukan tentang berapa banyak uang yang dihasilkan, tetapi berapa banyak yang bisa disisihkan dan di investasikan serta seberapa keras uang tersebut bisa bekerja untuk kita. Ketika sudah mempunyai penghasilan, biasakan untuk membayar kewajiban-kewajiban terlebih dahulu. Kewajiban terhadap agama (zakat, infak sedekah), hutang tidak boleh melebihi 30% dari pendapatan, minimal 10% dari pendapatan untuk keperluan investasi atau asuransi, dan sisanya untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu biasakan untuk menyisihkan penghasilan untuk disimpan pada awal penerimaan, bukan dari sisa penghasilan.

Itulah sekilas cara saya mengajarkan kecerdasan finansial khususnya kepada siswa saya. Harapannya dengan mempunyai kecerdasan finansial yang lebih baik, mereka akan mempunya kualitas hidup yang lebih baik untuk keluarganya. 


Penulis: Suzieicus
Lihat artikel menarik lainnya dalam http://suzieicus.com


No comments:

Post a Comment