Benteng Speelwijk, Simbol Kekuasaan Kesultanan Banten




Benteng Speelwijk, Simbol Kekuasaan Kesultanan Banten
The image is Pixabay property

Benteng Speelwijk berada di pantai utara Provinsi Banten tepatnya di Kamping Pamarican atau sekitar 600 meter menuju ke arah Barat Laut Keraton Surosowan (Situs Benten Lama). Benteng ini seakan menjadi simbol kekuasaan Kesultanan Banten yang diakui secara tidak langsung oleh VOC. Mengapa demikian?


Namun menurut sumber Sejarawan Banten mengatakan jika Benteng dibangun pada masa Kesultanan Banten oleh orang kepercayaan Sultan Ageng Tirtayasa keturunan Tionghoa yang bergelar Pangeran Cakradana. Bangunan Benteng ini difungsikan untuk menahan serangan dari laut. Oleh karenanya benteng ini dibuat tepat di sisi utara kesultanan. Dengan adanya benteng ini menjadi salah satu alasan kekuatan yang dimiliki oleh Kesultanan Banten yang sulit ditembus dari laut oleh para penjajah asal Eropa yang hendak menjajah Nusantara khususnya wilayah Banten.

Alkisah kehancuran Kesultanan Banten didasari oleh pengkhianatan yang dilakukan oleh anak Sultan Ageng Tirtayasa sendiri yang bernama Sultan Abunasar Abdul Qahhar atau biasa disebut Sultan Haji. Ia mencoba merebut singgasana Kesultanan Banten yang dipimpin oleh sang ayah dengan bantuan VOC. Pada masa Sultan Haji berkuasa, Pangeran Cakradana arsitek yang membangun benteng menyingkir ke Cirebon.

Dengan kekuasaan yang ia miliki, Sultan Haji kemudian memerintahkan Hendrik Lucaszoon Cardel bergelar Pangeran Wiraguna, untuk memugar berbagai bangunan termasuk benteng yang kemudian diberi nama Speelwijk tersebut. Benteng yang memiliki bentuk persegi panjang dengan dilengkapi bastion pada tiap sudutnya ini dibangun pada Tahun 1682 sebelum mengalami perluasan dan pemugaran pada Tahun 1685 dan 1731.

Diberi nama Speelwijk dipilih atas penghormatan Gubernur Jenderal Cornelis Janszzon Speelman yang bertugas di Hindia Belanda pada tahun 1681–1684. Benteng Speelwijk dibangun di atas reruntuhan tembok Keraton Surosowan pasca penyerangan Sultan Ageng Tirtayasa dengan material yang tidak jauh berbeda dengan bangunan sebelumnya. Batu karang, batu bata merah sebagai material utamanya.

Benteng Speelwijk rancangan Hendrik Lucaszoon Cardel dilengkapi dengan empat bastion, jendela meriam, ruang jaga, basement untuk gudang atau logistik dan tambatan perahu. Benteng ini dilengkapi parit keliling yang berfungsi sebagai pertahanan luar benteng dengan ketebalan antara 1,5 sampai 2 meter. Di benteng ini terdapat bastion dan sebuah menara pengintai. Dibawah bastion terdapat ruangan yang digunakan untuk tempat menyimpan mesiu.

Pembagian ruangan utama di dalam benteng adalah kamar penyimpanan senjata, rumah komandan, kantor administrasi dan gereja yang semuanya tinggal reruntuhan dan pondasinya saja. Di areal benteng, tepatnya di sisi luar sebelah selatan terdapat pemakaman orang asing yang disebut kerkhoff. Bentuk bangunan makam terlihat tidak seragam. Salah satu bangunan makam yang paling besar adalah makam Komandan Hugo Pieter Faure (1718-1763), sang panglima perang.

Benteng ini diperkirakan memiliki dua fungsi, yakni sebagai pertahanan dan pemukiman. Benteng tersebut juga menjadi tempat mengontrol segala kegiatan yang berkaitan dengan Kesultanan Banten dan juga sebagai tempat berlindung dan bermukim bagi orang-orang Belanda. Benteng ini semakin mengokohkan posisi Belanda dalam usahanya memonopoli perdagangan merica yang berasal dari Lampung Selatan, untuk kemudian dijual lagi kepada pedagang-pedagang asing asal Cina, Arab, India dan negara Asia Tenggara lainnya.

Keadaan bangunan saat ini tidak utuh lagi karena beberapa faktor semisal keusilan tangan penerus bangsa yang tidak menghormati perjuangan mempertahankan wilayah nusantara, tapi beberapa sudut benteng ini meninggalkan bentuk bangunan yang masih bisa dinikmati dan diketahui fungsinya.

Demikian ulasan singkat mengenai Sejarah Benteng Speelwijk, semoga dapat bermanfaat bagi anda. Terima Kasih.


Penulis: Qindi Assyauqie
Lihat artikel menarik lainnya dalam http://mejarapuh.blogspot.co.id


No comments:

Post a Comment