Pendakian Gunung Guntur Yang Menantang



Pendakian Gunung Guntur Yang Menantang
The image is Pixabay property

Sebulan lalu di grup kami muncul wacana kumpul lagi melakukan pendakian, karena pada bulan februari tidak banyak hari libur panjang sebagian dari kami berpendapat mengunjungi gunung yang dekat dengan kota kami. Garut merupakan destinasi yang cocok karena letaknya yang tidak jauh dari kota cilegon dan banyak gunung yang lumayan indah untuk dikunjungi sekalian temu kangen dengan para sahabat, awalnya gunung papandayan adalah destinasi utama karena cukup mudah untuk didaki dan karena alasan hari senin kami masih harus bekerja agar badan tidak terlalu lelah. Tapi akhirnya sebagian dari kami memberikan suara untuk melakukan pendakian ke gunung guntur yang kabarnya walaupun gunung ini tidak terlalu tinggi namun cukup menantang dan sulit didaki, akhirnya destinasi kamipun tertuju ke gunung guntur. 


Sebagian orang yang pernah ke gunung guntur menyebutkan gunung ini adalah Rinjani-nya garut, karena panoramanya sangat indah dan medan pendakian gunung yang menantang, serta gunung ini memiliki lembah, sungai, air terjun, dan kawah. Pada hari jumat malam kamipun berkumpul ditempat meeting point kota cilegon tepatnya di halte damkar bagi anda yang berada di kota cilegon pasti sudah familiar kan dengan tempat ini.

Tanggal ini dipilih bukan tanpa alasan karena memang pas kami ada waktu dan juga kami bisa dipuncak tanggal 14 februari, bagi para jomblo ini merupakan hal positif yang bisa dilakukan. Karena waktu menunjukkan jam 11:30 kamipun naik bus dari cilegon ke jakarta tepatnya ke terminal rambutan, sebenarnya ada sih yang langsung ke garut tapi bis berangkat terakhir dari merak jam 8 malam.


Sesampainya di terminal rambutan sekitar jam 2 malam, jelas saja tidak ada mobil yang ke garut pada jam tersebut, sehingga kami jadi menunggu dulu di trotoar terminal rambutan. Sekitar jam 3 pagi barulah bus ke garut tiba kamipun langsung menaiki bis yang ke garut dengan ongkos Rp 50.000, tapi sayang jalur bus ke garut dari dalam terminal, otomatis banyak ngetem ngetem cari penumpang. Akhirnya sampai juga di garut sekitar jam 10 pagi kami turun di depan pom bensin tanjung, kamipun membeli logistik terlebih dahulu di minimarket depan pom bensin tanjung. Untuk menuju basecamp pendakian gunung guntur anda bisa langsung jalan kaki dari pertigaan tanjung ataupun naik ojeg dengan ongkos Rp.20.000.

Sesampainya dibasecamp kami mengurus simaksi dengan biaya Rp 12.500 per orang, disini kami juga menyempatkan untuk sarapan dan ke toliet. Dari sini bila semuanya telah siap maka kita dapat memulai perjalanan, perlu diingat bila ingin mendaki ke gunung guntur dari base camp biasanya ada truk pasir & batu yang lewat menuju penambangan, anda bisa nebeng naik truk tersebut, lumayanlah hemat tenaga karena perjalanan dengan jalan kaki bisa mencapai 2 jam untuk sampai di kaki gunung. 

Dengan mengucap bismillah kami berempat memulai perjalanan. Kami terus berjalan karena saat itu tidak ada truk yang lewat menuju tambang, mungkin belum rezeki tapi dinikmati saja perjalanan yang cukup menguras keringat ditengah terik matahari. Setelah 2 jam berjalan kaki kami sampai dikaki gunung guntur, yang naik truk harus turun disini dan memulai pendakian, bila dilihat dari ketinggian Gunung Guntur 2249 mdpl, sebagian orang yang belum pernah kesana meremehkanya sepertinya mudah dan cepat didaki, bila dibandingkan dengan ketinggian Gunung Papapandayan 2665 mdpl yang biasanya digunakan untuk sekedar camping.

Dan ternyata semua yang saya bayangkan salah Gunung Guntur benar-benar diluar dugaan saya. Jangan harap naik ke Guntur dapat banyak jalan turunan. Turunan dari mulai kaki gunung sampai puncak bisa dihitung dengan jari. Hampir seluruhnya tanjakan, ini bener-bener dinamakan nanjak. Gunung Guntur memiliki kemiringan yang cukup curam dengan material tanah berupa tanah pasir berbatu dan stabilitas tanah yang tergolong labil, Gunung Guntur juga memiliki tingkat kelongsoran tanah cukup yang tinggi. Hal ini semakin diperparah dengan penambangan yang dilakukan dikaki Gunung Guntur oleh para penambang.

Ini merupakan pendakian pertama kami ke Gunung Guntur, sehingga bermodal bismillah kami menyusuri track yang ada. Kami memilih jalur Curug Citiis karena banyak pohon rindang, cukup teduh, walaupun tracknya luar biasa dahsyat, disepanjang jalur pendakian dapat kita temui beberapa warung yang dapat kita jadikan tempat untuk berteduh, warung disekitaran ini juga menjual minuman dan makanan ringan. Kita juga akan menjumpai dua kali air terjun dan anak sungai yang dapat kita gunakan untuk mengisi persediaan air minum. 

Setelah berjalan lebih dari satu setengah jam menyusuri jalur Curug Citiis tibalah kami dimedan yang cukup membuat kami tercengang. Bebatuan besar menanjak, saya sendiri sempat kaget. Sampai disini perlu diingat bagi anda yang ingin mendaki Gunung Guntur harus berhati-hati melewati medan dengan bebatuan besar karena cukup berbahaya, dengan sisi kanan dan kiri jurang.

Beberapa saat dipinggiran medan ini kami menemukan gundukan sampah entah siapayang berbuat ini, sungguh kotor kelakuannya, hal seperti ini mohon jangan ditiru. Setelah lebih dari setengah jam kami melewati jalur batu-batu besar, kamipun kembali mendapatkan jalur pendakian yang tetap menanjak dengan pepohonan rindang dan lagi-lagi jangan mengharap dapat turunan dijalur ini. Sampai akhirnya kamipun sampai dipadang savana artinya dari sini kami sebentar lagi akan sampai di Pos 3.

Sekitar jam 4:30 sore kamipun sampai di Pos 3, disini kita wajib melapor, dan volunter disini memberikan informasi para pendaki untuk saat ini dilarang mendirikan tenda di puncak untuk alasan keamanan. Kami pun sebagai pendaki yang baik harus mengikuti peraturan yang ada walaupun ada beberapa pendaki yang nekat mendirikan tenda dipuncak, dan di Pos 3 inilah kami mendiriklan tenda, terlihat banyak pendaki lain yang telah terlebih dahulu mendirikan tenda di area ini.

Disini juga merupakan sumber air terkahir jadi bagi anda yang ingin ke Gunung Guntur jangan sampai lupa mengisi persediaan air di Pos 3. Kamipun masak disini lumayan perut sudah mulai lapar, dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke puncak esok pagi. Setelah matahari terbenam kami menyempatkan melihat keindahan kota garut saat gelap dari atas, betapa indahnya gemerlap kota garut, lampu-lampu dikota garut yang amat indah terlihat dari atas.

Selang beberapa saat hujan pun turun, gemericik hujan saya rasakan hingga pagi. Niat kami jam 3 pagi ke puncakpun mundur seiring mimpi indah didalam tenda belum berakhir, kamipun memulai pendakian ke puncak sekitar jam 5 pagi. Benar saja baru hitungan menit saya langsung kelelahan, nafas saya semakin berat. Semakin menuju puncak semakin miring juga jalannya, saya perkirakan kemiringan menuju puncak pertama sekitar 45-65 derajat bahkan sampai hampir harus mencium tanah, demi menjaga keseimbangan. Saya sendiri memakai teknik nanjak 20:1 artinya 20 langkah saya jalan dengan sekali berhenti untuk mengambil nafas panjang. Semakin keatas langkah saya pun semakin cepat terhenti untuk beristirahat, langkah saya bisa saya hitung dengan jari sekitar 7 hingga 10 langkah saya berhenti dan sekali beristirahat mengambil nafas panjang, terasa sekali paha dan betis mulai sakit.

Setelah kurang lebih 2 jam kami sampai di puncak pertama, saya berteriak kencang meluapkan rasa diatas puncak, tapi setelah itu saya terdiam ternyata masih ada puncak lagi diatasnya dan sayapun baru tersadar jika baru sampai dipuncak 1. Rasa lelah semuanya campur aduk, senang bercampur kecewa karena ternayata masih ada puncak lagi setelah ini. Kami pun menikmati secangkir kopi disini sambil menikmati keindahan alam dari atas puncak pertama Gunung Guntur dan berfoto. Setelah beristirahat di puncak pertama kami melanjutkan perjalanan ke puncak berikutnya, tracknya masih sama menanjak namun terasa lebih mudah dibandingkan perjalanan menuju puncak pertama 

Lelah mendaki Gunung Guntur berubah menjadi rasa syukur saat melihat panorama indah dari atas sini. Saat itu cuaca cukup cerah jadi kami dapat melihat dengan jelas keindahan kota garut yang diapit oleh gunung disekelilingnya. Kami lihat masih ada satu puncak lagi dan juga puncak bayangan namun karena kabut mulai datang dan kondisi kami yang udah mulai kelelahan kami memutuskan untuk turun.

Dengan akal yang masih sehat saya nobatkan Gunung Guntur adalah gunung yang susah dituruni. Turun di Gunung Guntur, jangankan berlari, gelesoran ngikutin kerikil saja masih sulit. Setelah turun dan sampai di puncak 1 akhirnya kami memilih turun dari puncak 1 dengan teknik perosotan dan sedikit berlari menyesuaikan dengan kondisi tanah, untungnya saya pakai sepatu jadi aman untuk perosotan, lain halnya dengan teman saya, dia pakai sendal gunung untuk perosotan dan hasilnya sendalnya bolong.

Sebagai catatan beberapa alat wajib yang perlu dibawa : 
  • Sarung tangan  
  • Buff
  • Topi/kupluk/Slayer
  • Kaca  Mata
  • Sepatu Gunung

Kami turun dari puncak 1 hingga Pos 3 membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam, sedangkan turun dari Pos 3 hingga bawah membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Perjuangan maha dasyat mulai naik gunung guntur hingga turun membuat saya rindu kegilaan diatas sana, saya sendiri pulang dengan kaki kiri yang sedikit terkilir akibat kurang hati-hati saat turun. Alhamdulillah kami sampai dibawah dengan selamat tanpa kurang sedikitpun dan tentunya tanpa meninggalkan sampah (itu penting).

Kami pulang dari base camp dengan menggunakan mobil pickup yang telah stand by didepan base camp menuju terminal guntur garut dengan ongkos Rp. 20.000 per orang. Rasa lelah bercampur bahagia kami rasakan sesekali saat bus melewati Gunung Guntur. Bagi anda yang ingin mendaki Gunung Guntur, semoga tulisan ini bermanfaat, dan jangan lupa jaga terus alam kita.


Penulis: Rohim
Lihat artikel menarik lainnya dalam http://www.kumpulcatat.com


No comments:

Post a Comment